Rabu, 21 Maret 2012

KARAKTER

Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku…
- King David

Rasa kagum dan hormat Bruce kepada Bapak A seketika berubah tatkala Bruce mengetahui tokoh panutan itu hidup tidak benar. Berbagai perilaku dan tindakan menyimpang yang selama ini hanya terdengar sebagai kabar burung ternyata terbukti sudah kebenarannya. Bahkan, Bapak A kemudian diseret ke meja hijau karena kasus penggelapan uang.
Benar kata orang bahwa ketika kita berkenalan dengan seseorang, kita akan menghormati dia karena pengetahuan, jabatan atau prestasinya. Namun seiring perjalanan waktu, hanya karakterlah yang membuat kita tetap bisa menghormatinya. Maka ketika seseorang kehilangan karakternya, bisa jadi ia akan kehilangan (hampir) segalanya.
John Luther berkata, “Karakter yang baik lebih layak dipuji daripada bakat yang luar biasa. Kebanyakan bakat adalah karunia. Karakter yang baik, sebaliknya tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya keping demi keping melalui pemikiran, keputusan, keberanian dan kebulatan hati.” Singkatnya, karakter adalah pilihan hidup! Tentu komponen karakter ada begitu banyak, antara lain: kejujuran, integritas (apa yang diucapkan sama dengan yang dilakukan) dan disiplin.
Karakterlah yang membuat seseorang mendapatkan kepercayaan orang lain dan dengan demikian ia akan lebih mudah mempengaruhi orang lain. Tentu, menjadi pribadi berkarakter tidaklah mudah. Bahkan, kerap kali karakter asli seseorang baru terungkap pada masa-masa sulit. Misalnya, kalau ingin mengetahui kejujuran seseorang, berikan dia kekuasaan yang begitu besar yang dengan sangat mudah ia melakukan manipulasi. Jika ia bisa mengakhiri masa jabatannya dengan catatan bersih maka karakternya sungguh teruji. Ini sungguh bertolak belakang dengan mereka yang dulunya aktivis mahasiswa namun ketika menjabat kemudian melakukan perbuatan tercela.
Ketika masih menjadi jurnalis dulu, saya kenal seorang pejabat yang sangat bersih dan tidak mau neko-neko. Memang terkadang sikap ini membuatnya lonely memang terkadang seorang pemimpin harus bersedia lonely at the top (tentu masih banyak birokrat jujur di negeri ini, namun karena perilaku sebagian kecil oknum pejabat sering kali mencoreng wajah institusi pemerintahan). Sang pejabat ini suatu ketika disindir karena kebersihannya itu. Dengan santai ia hanya berkomentar, “Saya tidak sakit namun saya berada di tengah-tengah orang yang sakit!” Wow!
Apa yang dilakukan sang pejabat bersih ini barangkali mirip dengan ikan di lautan. Ya, ikan di lautan hidup di air asin namun ia tidak ikut-ikutan asin. Inilah yang disebut insulasi. Hidup di sebuah tempat namun tidak dipengaruhi situasi dan kondisi tempat tersebut. Namun, kalau mau jujur, seberapa banyak dari kita bisa menjadi seperti itu? Sikap memang menular. Sikap baik cepat menular namun sikap buruk jauh lebih cepat menular!
* Motivational speaker dan penulis buku-buku motivasi best seller (Reach Your Maximum Potential, The Power of Hope, Melejit di Usia Muda dan Be Strong). Dapat dihubungi melalui e-mail: pwinarto@cbn.net.id atau www.pauluswinarto.com.

TITANIC KEHIDUPAN

Titanic merupakan kapal terbesar dan termewah di zamannya dan oleh banyak orang diyakini ‘tak dapat tenggelam’. Dalam pelayaran perdananya dari Inggris ke New York City, kapal uap Inggris ini menabrak gunung es sekitar pukul 23.40 waktu setempat pada 14 April 1912.
Dua setengah jam kemudian, kapal raksasa ini pecah dan tenggelam. Sekoci di kapal ini hanya sanggup mengangkut setengah dari seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 2.200 orang. Sekitar 1.500 nyawa melayang sia-sia di malam yang dingin itu.
Banyak yang beranggapan bahwa gunung es telah merobek kerusakan yang sebenarnya telah ada di lambung kapal. Ketika penyebab kecelakaan itu akhirnya terungkap di tahun 1985, air mata dari keluarga korban dan korban yang masih hidup tak terbendung lagi. Para peneliti menemukan bahwa lambung kapal yang terbuat dari baja menjadi rapuh di perairan beku Atlantik Utara, yang menjadikannya mudah patah ketika terjadi tumbukan. Ada yang menduga kapal Titanic melaju terlalu cepat di perairan yang dipenuhi gunung es.
Suatu malam, Yesus berjalan di atas air dan murid-Nya Petrus ingin bergabung dengan-Nya. Petrus meninggalkan perahu dan keadaanya baik-baik saja sampai ia melihat ke sekeliling dan menyadari kehadiran gelombang tinggi yang menggelora. Laut yang bergelora itu pun membuat Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam (Baca: Matius 14:25-30).
Seperti Petrus, kita pun dapat mencapai hal-hal yang besar dengan bantuan Tuhan. Namun ketika kita justru melihat pada keadaan yang menakutkan di sekitar kita, iman kita pun goyah dan membuat kita merasa seperti tenggelam.
Di lain waktu, kita mulai memandang kepada kesuksesan dan mengabaikan kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan rohani kita. Di saat itu, kita mungkin mulai merasa tidak dapat tenggelam, seperti Titanic.
Namun akan selalu ada bahaya tersembunyi yang dapat merusak kesaksian dan pelayanan kita. Satu-satunya cara yang aman untuk menavigasi hidup kita adalah dengan menjaga pandangan kita tetap tertuju kepada Yesus, bukan pada diri kita maupun lingkungan di sekitar kita. Tuhan akan membantu kita menyelesaikan perjalanan hidup kita, dan itu hanyalah puncak gunung es yang dapat kita lalui.

Sumber : Dianne Matthews